Jumat, 29 Mei 2009

Mengolah Fosil Kayu Jadi Karya Seni Bernilai

KABUPATEN OKU Timur kaya akan bebatuan fosil. Fosil-fosil ini banyak terdapat di daerah aliran Sungai Komering dan beberapa kawasan hingga perbatasan Provinsi Lampung. Buktinya, batu fosil kayu seberat 6 ton pernah ditemukan warga setempat di daerah aliran Sungai Komering.

Kejadiannya kira-kira 10 tahun lalu. Batu fosil itu lantas dijual ke luar negeri dengan kurs rupiah masa itu sebesar Rp6.500 per kg. Kini, batu fosil tersebut kabarnya dijadikan salah satu tugu obyek pariwisata di Korea. Mengetahui bebatuan fosil ternyata bernilai jual tinggi, para perajin batu cincin mulai memburu dan mengolah fosil-fosil kayu. Hasil kerajinan tangan (handicraft) tersebut mereka jual untuk nafkah keluarga sehari-hari. Fosil-fosil yang diolah biasanya berusia 9–25 juta tahun.

Untuk mempersatukan para perajin fosil tersebut, lahirlah Unit Bina Industri Batu Mulia (Unibam) Sri Permata. Kini, Unibam beranggotakan 123 perajin batu mulia dan fosil yang tersebar di Sumsel, Bengkulu,dan Lampung.

“Pada awalnya, mayoritas perajinadalahtukangbatucincin. Namun, seiring perkembangan unit usaha,kini perajin berkonsentrasi pada bebatuan fosil yang bernilai ekonomi tinggi,” kata Pimpinan Unibam OKUT H Eddy Riswanto yang ditemui SINDO di tempat workshop-nya, Jalan Lintas Kota Baru, Martapura.

Fosil atau yang dikenal warga setempat sebagai batu sungkai adalah bahan galian tak terbarukan yang bernilai sejarah dalam pembentukan permukaan bumi. Proses terjadinya pembatuan disebabkan cairan panas magma dari perut bumi mengubah struktur molekul kayu menjadi bebatuan fosil yang bertekstur sama.

“Kami tidak sembarangan menerima batu fosil ini. Sebab jika umur batunya masih muda, tidak akan memiliki nilai seni atau nilai jual,” kata Eddy yang menimba ilmu pertambangan dari Institute of Gemological Sciences, Bangkok,Thailand.

Unibam, kata dia, belum lama ini berhasil menjual dan mengekspor batu fosil yang telah diolah ke Amerika Serikat dalam kurs rupiah sebesar Rp211 juta.

Salah seorang pengumpul batu fosil dari Way Kanan, Lampung, Sulaiman, 43, mengaku telah menggeluti usaha pembelian bebatuan jenis fosil ini dari warga selama dua tahun terakhir, dengan harga Rp1.000 per kg. Setelah itu, dia menjual kembali ke pihak Unibam sebesar Rp2.000 per kg. Dia pernah mendapatkan batu fosil seberat 720 kg dari warga setempat.

Penemuan Fosil Badak Berbulu di Costwold Water Park

http://www.berani.co.id/Artikel/fawbert.jpg

Penemuan Fosil Badak Berbulu
Gloucestershire – Inggris - 7-Nov-2008

Sebuah fosil badak purba ditemukan tidak sengaja oleh Emelia Fawbert (5 tahun). Ia menemukan fosil itu di Costwold Water Park di dekat Cirencester, Gloucestershire. Saat itu, ia tengah mengikuti perburuan fosil bersama keluarganya. Lalu, ia menggali fosil itu dengan bantuan ayahnya. Emelia berencana untuk menyerahkan fosil berbentuk tulang sepanjang 40,64 sentimeter itu ke museum.

DailyMail melaporkan, Rabu (5/11), diperkirakan, fosil itu berasal dari masa 50.000 tahun lalu. Masa itu diketahui masih termasuk Zaman Es. Jadi, hewan vertebrata (hewan bertulang belakang) pada masa itu, termasuk badak, memiliki bulu yang tebal. Bulu itu berfungsi untuk menjaga tubuhnya agar tetap hangat.

Penemuan Fosil Jejak Kaki Manusia Tertua 1,5 Juta Tahun

http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/_45516169_bennett1hr.jpg?w=226&h=282


Para peneliti asal Inggris menemukan sebuah jejak kaki manusia purba yang diperkirakan berusia 1,5 juta tahun yang lalu. Tim peneliti yang dipimpin seorang ahli geologi Bournemouth University, Inggirs, Matthew Bennett itu menemukan jejak kaki tersebut di Ileret, sebuah wilayah utara Kenya.

BBC, Jumat (27/2/2009) melansir penemuan bekas tapak kaki itu memang bukanlah yang tertua di dunia. Sebelumnya, juga pernah ditemukan bekas tapak kaki yang diperkirakan berasal dari 3,7 tahun di Laetoli, Tanzania pada 1978. Dua jejak kaki kali ini ditemukan pada kedalaman 5 meter di dalam tanah.

Menurut Bennet, jejak kaki tersebut merupakan jejak kaki manusia purba Homo Erectus, karena memiliki ukuran yang tak jauh berbeda dengan ukuran kaki masyarakat modern. Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Science itu memperlihatkan ukuran tapak kaki seukuran sepatu nomor ‘9′.

“Kami telah mendiagnosa jika cara berjalannya tak jauh berbeda dengan orang modern,” katanya.

Namun, perbedaan terlihat dari jari-jari kaki manusia purba yang lebih besar ketimbang jari kaki masyarakat modern. Menurut Bennet hal itu disebabkan karena adaptasi masyarakat purba terhadap kontur wilayahnya

Sumber: tidakmenarik.wordpress.com

Penemuan 160 Fosil Dinosaurus di Jepang

http://www.dinosaur.pref.fukui.jp/en/dic/Fukuiraptor.jpg

Ahli fosil Jepang telah menemukan 160 fosil tulang dinosaurus di Prefektur Fukui yang diperkirakan berasal dari periode awal Cretaceous.

Penemuan ini diperkirakan sebagai penemuan fosil utuh terbesar di Jepang.

Fosil tulang, yang diperkirakan berusia 120 juta tahun ini, diyakini sebagai tulang Dromaesaurus muda, dinosaurus pemakan daging, sepanjang 1,7 meter.

Menurut situs berita Mainichi Kamis (19/3), Museum Dinosaurus Prefektur Fukui (Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan) menjelaskan fosil yang ditemukan yakni tulang otak dan 90 persen tulang kaki sebelah kanan.

Juru bicara Museum menjelaskan penemuan ini diyakini memberikan petunjuk penting mengenai kehidupan dinosaurus pada masa itu.

Rencananya, fosil hasil penemuan ini akan ditampilkan di Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan mulai 20 Maret sampai 5 April.

Situs web
Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan
http://www.dinosaur.pref.fukui.jp/en/

Penemuan Fosil Gajah Purba

Fosil gajah jaman pra sejarah kembali ditemukan. Kali ini di Dusun Sunggun Desa Medalem, Kecamatan Kradenan. Penemuan kali ini, bukan hanya satu bagian saja namun ada beberapa bagian tubuh gajah seperti kepala, tulang kaki dan beberapa fosil lain yang masih diteliti. “Gajah ini kemungkinan hidup sekitar dua juta tahun yang lalu, masuk dalam spesies Elephant Hisudin yang saat ini mirip dengan gajah sumatra,” kata Sinung Baskoro, Kepala Seksi Dokumentasi Koleksi Musium Geologi Bandung Pusat Survei Geologi Badan Geologi Departemen ESDM yang langsung melihat dari dekat proses pengalian fosil tersebut, kemarin.

Penemuan itu, kali pertama oloeh warga setempat pada Jumat (3/4) sore lalu. Namun, baru dilaporkan ke Dinas Pariwisata Kebudataan Pemuda dan Olahraga Sabtu lalu. Dan, baru kemarin didatangi sambil menunggu petugas dari arkeologi. Penemuan itu sebenarnya bukan hal yang baru, sebab, di sekitar lokasi beberapa bulan lalu juga ditemukan fosil gading gajah namun dalam keadaan yang sudah retak-retak. ”Namun penemuan kali ini adalah yang terbesar sebab tiga tulang masih dalam keadaan utuh begitu pula dengan kepala gajah,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Blora Pudiyatmo didampingi salah satu stafnya, Suntoyo..

Sebelumnya, tim arkeologi dari Bandung tersebut telah melakukan obeservasi dan pengalian yang dimulai pada tahun 2008. Karena dalam wilayah peta arkeologi wilayah Kecamatan Kradenan yang berada di daerah aliran sungai bengawan solo merupakan daerah yang kaya potensi arkeologi dan geologi masa lampau. Sinung Baskoro mengatakan, penemuan fosil gajah ini berbeda dengan yang ditemukan beberapa bulan lalu.

Fosil yang ditemukan itu, kata dia, akan dibawa dan disimpan pada museum Geologi Bandung. Juga akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang asal-asul gajah tersebut. Dalam penggalian kemarin, fosil yang sudah nampak dibersihkan kemudian diberi gips agar tidak mudah retak. Sementara, pengalian terus dilakukan karena diperkiran ada beberapa bagian lain yang dapat ditemukan namun perlu pengalian yang lebih dalam. Penggalian dilakukan dengan sangat hati-hati.

Selain fosil gajah, di lokasi itu juga ditemukan fosil-fosil lain, namun yang paling menarik adalah fosil daun yang menempel pada batu ataupun lapisan tanah. Sinung berharap agar ke depan kalau warga menemukan fosil-fosil seharusnya langsung melaporkan kepada pemerintah.

Untuk lokasi penemuan, lanjutnya, harus diamankan terlebih dulu agar lokasi tidak rusak.

Sebab dengan melihat langsung di lokasi penemuan akan banyak diceritakan tentang asal-asul yang tidak hanya terkait fosil itu namun dapat membuka sejarah kehidupan masa lalu secara jelas. “Kalau ada warga yang menemukan tidak usah langsung diambil cukup dilaporkan saja kepada pemerintah, biar para ahli yang akan mengambil dan melakukan penelitian, karena banyak hal yang akan diungkap,” tandasnya. (ono)

Sumber: jawapos

Surga Fosil di Blora Selatan Dijaga Ketat

http://rioardi.files.wordpress.com/2009/04/surga-fosil.jpg?w=300&h=201

Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mewaspadai penggalian lahan secara massal untuk menemukan fosil-fosil di kawasan Blora Selatan, terutama di Kecamatan Kradenan. Pemerintah juga bekerja sama dengan Kepolisian Sektor Kradenan untuk mengamankan lokasi dari jaringan pemburu fosil dan benda-benda bersejarah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan hal tersebut di Blora, Senin (6/4). Pernyataan itu terkait temuan fosil gajah purba jenis Elephas dan daun purba di Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, akhir Februari, serta temuan gading gajah purba pada awal Januari lalu.

Suntoyo mengatakan, pemerintah melarang masyarakat mencari fosil tanpa izin. Jika ini dilanggar, pencari melanggar Pasal 12 dan 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

“Ia (pelaku) akan terkena sanksi pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp 50 juta,” katanya.

Camat Kradenan Iwan Setiyarso mengaku kesulitan mengawasi perdagangan fosil dan benda-benda bersejarah berbasis masyarakat. Pasalnya, masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomis dibandingkan dengan nilai historis benda-benda tersebut.

Harus dilindungi

Secara terpisah, Kepala Seksi Dokumentasi Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral SR Sinung Baskoro mengatakan, kawasan Blora Selatan harus dilindungi. Temuan-temuan fosil yang terjadi belakangan ini menunjukkan kawasan itu sebagai tempat hidup binatang-binatang purba.

“Teori tentang Blora sebagai kawasan endapan fosil yang terbawa dari hulu terpatahkan. Kini teori yang beredar, kawasan itu mempunyai sejarah kehidupan binatang purba di sekitar Bengawan Solo purba,” katanya.


Sumber: kompas

Surga Fosil di Blora Selatan Dijaga Ketat

http://rioardi.files.wordpress.com/2009/04/surga-fosil.jpg?w=300&h=201

Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mewaspadai penggalian lahan secara massal untuk menemukan fosil-fosil di kawasan Blora Selatan, terutama di Kecamatan Kradenan. Pemerintah juga bekerja sama dengan Kepolisian Sektor Kradenan untuk mengamankan lokasi dari jaringan pemburu fosil dan benda-benda bersejarah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan hal tersebut di Blora, Senin (6/4). Pernyataan itu terkait temuan fosil gajah purba jenis Elephas dan daun purba di Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, akhir Februari, serta temuan gading gajah purba pada awal Januari lalu.

Suntoyo mengatakan, pemerintah melarang masyarakat mencari fosil tanpa izin. Jika ini dilanggar, pencari melanggar Pasal 12 dan 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

“Ia (pelaku) akan terkena sanksi pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp 50 juta,” katanya.

Camat Kradenan Iwan Setiyarso mengaku kesulitan mengawasi perdagangan fosil dan benda-benda bersejarah berbasis masyarakat. Pasalnya, masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomis dibandingkan dengan nilai historis benda-benda tersebut.

Harus dilindungi

Secara terpisah, Kepala Seksi Dokumentasi Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral SR Sinung Baskoro mengatakan, kawasan Blora Selatan harus dilindungi. Temuan-temuan fosil yang terjadi belakangan ini menunjukkan kawasan itu sebagai tempat hidup binatang-binatang purba.

“Teori tentang Blora sebagai kawasan endapan fosil yang terbawa dari hulu terpatahkan. Kini teori yang beredar, kawasan itu mempunyai sejarah kehidupan binatang purba di sekitar Bengawan Solo purba,” katanya.


Sumber: kompas

kisah aneh penemu fosil cangkang kerang raksasa

Sesuatu hal yang dianggap langka tak lepas dari hembusan kisah aneh bagi yang merasakannya. Begitulah yang dialami penemu cangkang kerang raksasa, Edi Hidayat (28).

Saat ini, Edi beserta istri dan dua anaknya tinggal bersama di kediaman orangtua Edi di kawasan Ciparea Selatan. Baru sehari cangkang kerang itu diinapkan, rupanya menyimpan cerita yang tak seperti biasa.

Edi mengaku ada sesuatu berbeda yang mendera kondisi tubuhnya. “Tidak biasanya, badan ini malah menjadi pegal-pegal. Padahal, walau kerja hingga cape tidak pernah begini,” jelasnya kepada detikbandung, Senin (13/4/2009).

Selain itu, kata Edi, anak keduanya bernama Dimas (3), semalam bertingkah rewel. Bahkan, anaknya itu seolah tidak mau berada di dalam rumah.

“Tengah malam tadi, anak saya selalu terbangun dari tidurnya. Ada sekitar empat kali terbangun. Dia terus menangis dan mengajak keluar rumah. Biasanya tidak begitu” terangnya.

Apakah hal tersebut terkait keberadaan cangkang raksasa itu? Edi pun tetegun sejenak. “Percaya dan tidak percaya sih,” jawab pria berambut pendek ini.

Diberitakan sebelumnya, Kerang pertama kali ditemukan oleh Edi Dayat dan Soleh saat tengah menggali tanah untuk memasang penampung air di rumah Rohman. Saat penggalian sedalam 2 meter terbentur dengan cadas.

Karena penasaran Edi terus menggali dengan menggunakan cangkul dan pahat. Saat digali lagi menjadi 2,5 meter, ditemukan bungkus kerang ukuran besar dengan posisi miring. Warna bungkus kerang itu putih pudar dengan panjang 65 cm dan lebar 40 cm.

Tim dari Museum Geologi yang terdiri dari Ahli Moluska Museum Geologi Elina Sufiati dan Kasie Dokumentasi Museum Geologi Sinung Baskoro serta dua staff lainnya mendatangi kediaman Edi, mereka memperkirakan temuan tersebut merupakan fosil yang dibawa manusia purba jutaan tahun lalu.

Sumber: detik

Penemuan Fosil Serangga Puluhan Juta Tahun

http://suaramedia.com/eng/images/stories/technology1/mindarusharringtoni.jpg

London (SuaraMedia) – Seorang ilmuwan berhasil menemukan sebuah spesies serangga baru di situs jual beli eBay. Mengetahu hal tersebut, ilmuwan itu pun langsung membelinya.

“Saya berhasil membeli spesies serangga yang belum teridentifikasi ini di eBay dari seorang penjual yang berlokasi di Lithuania. Serangga tersebut telah berbentuk fosil,” ujar Dr Richard Harrington, seperti dikutip melalui Daily Telegraph, Rabu (27/8/2008). Harrington mengaku telah membelinya seharga 20 euro.

Sayangnya, Harrington bukanlah seorang ahli serangga. Oleh karena itu, ia memberikan kuasa penuh kepada seorang profesor serangga di Denmark untuk meneliti serangga tersebut, Profesor Ole Heie.

Serangga berwarna kuning langsat tersebut diperkirakan hidup pada masa 40 hingga 50 juta tahun lalu. Ukurannya hanya 3 hingga 4 milimeter, atau setara dengan ukuran sebuah pil.

“Saya pikir sangat pas jika serangga ini disebut sebagai Mindarus eBayi namun sepertinya sudah menjadi tren saat ini untuk menggunakan nama si penemu,” papar Harrington.

Akhirnya, Profesor Heie pun memberikan serangga tersebut jenis nama Mindarus Harringtoni.(okz) SuareMedia.Com

Peluang Usaha Kerajinan Batu Fosil

Hobi seringkali mendatangkan keuntungan yang tak terkira. Dari hoby tersebut kita dapat mersakan rejeki yang lumayan bagi pemasukan kehidupan kita. Terlebih apabila kita memiliki hoby yang rada unik, tentu dari hoby kita itu dapat kita kembangkan menjadi sebuah suatu usaha yang medatangkan keuntungan. Hoby unik pun banyak seperti yang berhubungan dengan batu fosil. Apakah yang dapat kita kembangkan dengan hoby yang berhubungan dengan batu fosil tersebut? Tentu saja ada dan sangat menarik untuk di kembangkan sebagai usaha yang dapat mendatangkan keuntungan.

Dari batu fosil kita dapat membuat suatu karya yang bernilai cukup besar. Lewat sisa-sisa tumbuhan zaman purba kita bisa menjadi seniman fosil yang mumpuni. Hebatnya, uang pun kini mengalir deras ke dengan sendirinya. Hobi mengulik-ulik fosil memang cukup unik. Kita dapat mengembangkan usaha sendiri bersama keluarga. Kita memilih fosil bukan tanpa alasan. Bebatuan berumur jutaan tahun itu memang sangat banyak ditemui di sekitar pedesaan. Semakin tua umur batu, maka semakin mahal harganya.

Untuk mencari fosil, kita cukup menancapkan sebuah besi panjang ke tanah sedalam dua hingga tiga meter. Nah, jika besi yang dihujamkan berbenturan dengan batu, maka bahwa itu fosil. Selanjutnya, kita tinggal menggalinya saja.
kita juga bisa mencari fosil itu di lahan milik orang lain dan bekrja sama, jika menemukan fosil, kita dapat membicarakan harga yang pantas untuk batu-batu tersebut. Untuk harga yang kita bisa jual berfariasi, tergantung kesepakatan. Ada yang meminta harga fosil Rp 200 per kilogram (kg), namun ada kita juga dapat memasang dengan harga Rp 500 per kg. Dalam satu bulan, biasanya kita bisa mendapatkan batu sebanyak 22 ton dengan berbagai ukuran. Mulai dari dari yang berukuran 5 kg hingga 2 ton per batu. Dari bahan baku sebanyak itu, hnya separuhnya saja kita mampu memproses sebanyak 16 ton saja.

Dengan bahan baku sebanyak itu, saya menghasilkan sekitar 500-an produk berbagai ukuran. Kita dapat membuat berbagai hasil dari kerajinan dari batu-batu itu, seperti bath up, wastafel, kursi, bangku, meja, asbak, dan lain sebagainya. Tapi, ada juga pelanggan yang minta dibuatkan prasasti. Tergantung dari pesanan setelah tahu, kemudian kita dapat langsung mengolah dan mulai memperhalus batu batu tersebut dengan ampelas atau membentuknya dengan gerinda. Lama mengolah fosil tergantung tingkat kesulitannya. Untuk bath up, membutuhkan waktu sepuluh hari non stop. Sementara untuk ukiran atau prasasti hanya butuh waktu hingga 36 hari yang paling mudah dibuat adalah asbak.

Dalam sehari ia bisa membuat 20 asbak. Lama pembuatan tentunya juga mempengaruhi harga jual. Untuk satu asbak, kita dapat menjual dengan harga Rp 60.000 – Rp 150.000. Sementara untuk wastafel biasanya ia jual seharga Rp 6 juta hingga Rp 7 juta. Bangku kita dapat tawarkan Rp 8.000 per kg hingga Rp 12.000 per kg. Sedangkan untuk bath up kita dapat menjualnya jual dengan harga Rp 12 juta – Rp 15 juta. Memang usaha ini membutuhkan karyawan untuk membantu proses dari pda usaha batu fosil ini. Jika kita sudah memiliki keuntungan dan merasa bisnis yang kita jalnkan berkembang kita dapat mempekerjakan pegawai dan karyawan untuk membantu kita.

Keuntungan yang dapat diraup dan dapat kita nikmati bisa di katakan besar, dalam sebulan kita dapat mengantongi omset dan keuntungan Rp.180 juta dalam sebulan. Untuk pemasaran kita dapat memasarka ke luar daerah bahkan jika bisnis kita tersebut terkenal dengan kualitas yang nilai seni yang tinggi kita dapat mencpai kancah keluar negeri.

Penemuan Fosil Daun Purba di Blora Selatan

http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/04/192317p.jpg?w=298&h=225&h=225


Fosil gading gajah purba (Stegodon elephas) yang kini ditempatkan di Museum Mahameru, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, retak dan pecah, Senin (12/1). Kerusakan itu terjadi pada saat pemindahan fosil dari Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, ke museum.

Menyusul penemuan fosil gajah purba, Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kembali menemukan fosil daun purba.

Daun itu ditemukan di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. ”Berdasarkan temuan-temuan itu, tampaknya kawasan Blora Selatan merupakan savana di zaman Pleistosen yang dilewati Bengawan Solo purba,” kata Ketua Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan, Sabtu (4/4) di Blora.

Fosil daun ditemukan di sekitar fosil gajah purba dan tercetak di batu lanau—terbentuk dari proses sedimentasi butiran lempung dan pasir. Dari ukuran daun yang relatif kecil, temuan gajah dan kerbau purba serta kontur sedimentasi di lokasi itu, tim memperkirakan, fosil itu dari zaman Pleistosen, 1.808.000- 11.500 tahun lalu.

Kepala Seksi Dokumentasi Museum Geologi Bandung SR Sinung Baskoro mengatakan, kawasan Blora Selatan banyak mengandung endapan teras Bengawan Solo purba yang menyimpan aneka fosil.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan, Pemkab Blora menitipkan fosil itu di Museum Geologi Bandung.

Serahkan temuan

Seorang warga Kudus, Jawa Tengah, Sutodirono alias Rasimin (60), Minggu (5/4), menyerahkan temuan berupa 6 benda arkeologi, diduga dari abad ke-15, kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus.

Temuan itu berupa 3 buah mangkok berdiameter 13, 14, dan 15 sentimeter, ketinggian masing-masing 5 sentimeter. Dua benda lain menyerupai lepek dan sebuah miniatur rumah adat Minangkau.

Kepala seksi Sejarah Museum Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Sancaka Dwi Supani mengatakan, ”Untuk menentukan umur, jenis benda, bahan baku pembuatan benda, dan sebagainya, kami akan mengundang tenaga ahli dari Museum Ronggowarsito Jawa Tengah di Semarang,” katanya. Rasimin mengaku benda-benda itu ditemukannya di bekas pertapaan Sunan Kalijogo beberapa tahun lalu.KOMPAS

Hampir Semua Fosil Gajah Purba Dievakuasi

http://www.ilusa.net/snews/thumbnail.php?im=img/gajah.jpg

Dalam pengupasan tahap kedua, Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral mengevakuasi 80 persen fosil gajah purba jenis Elephas hysudrindicus. Tim menemukan pula fosil tulang pinggul dan paha yang masih saling bertaut.

Ketua Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan, Jumat (1/5) di Blora, Jawa Tengah, mengatakan, fosil yang belum ditemukan adalah fosil tulang paha, kaki depan, dan rahang bawah. Kemungkinan fosil tulang-tulang itu berada di bawah fosil tulang-tulang lain.

”Kami menjumpai pula fosil tulang pinggul dan paha yang masih saling bertaut. Hal itu menegaskan teori gajah purba itu mati di lokasi temuan, bukan terbawa dan terendapkan arus Bengawan Solo purba,” kata Iwan menjelaskan.

Iwan menduga lokasi penemuan fosil gajah di Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, itu dahulu merupakan sedimen yang belum memadat atau masih labil.

”Gajah itu mati dalam posisi terjerembab atau terperosok endapan tanah. Kemungkinan lokasi temuan itu dahulu merupakan endapan lumpur Bengawan Solo purba,” kata Iwan.



Disimpan di museum

Pada pengupasan tahap pertama, Tim Vertebrata menemukan sekitar 30 persen fosil tulang gajah purba, antara lain fosil tengkorak, gading, lengan, belikat, dan paha. Fosil-fosil itu kini telah disimpan di Museum Geologi Bandung.

Pada pengupasan tahap kedua, tim menemukan 12 tulang ekor, tulang jari, 14 tulang rusuk, pecahan gigi, dan belikat. Tim sempat kesulitan memindahkan sejumlah fosil karena posisinya saling berdekatan dan saling menyangga.

Secara terpisah, ahli vertebrata Museum Geologi Bandung, Prof Fachroel Aziz, mengatakan, gajah purba yang ditemukan tersebut diperkirakan berusia dua juta tahun. Binatang itu masuk dalam kategori fauna Ngandong, seperti kerbau, kuda nil, babi, dan badak.

”Hewan itu hidup di savana atau padang rumput yang dilintasi Bengawan Solo purba pada zaman Pleistosen. Hal itu diketahui dari tipikal binatang-binatang itu yang suka berkubang di air,” kata Aziz.

Menurut dia, di Blora bagian selatan terdapat 5-7 endapan teras Bengawan Solo purba. Di dalam endapan itu terkandung fosil-fosil yang dapat menjawab teka-teki kehidupan zaman purba.

”Penemuan ini sangat penting. Karena itu, kami akan melanjutkan pengupasan fosil gajah itu untuk menjawab teori evolusi gajah purba sekaligus lingkungan hidupnya,” kata Aziz.


Sumber: kompas

Peranan Warga Ikut Menjaga Fosil atau benda bersejarah

Banyaknya artefak benda purbakala berupa fosil atau benda bersejarah lainnya yang hilang di wilayah Kecamatan Kradenan membuat Pemkab Blora prihatin.

Sebab, sejumlah fosil ditengarai keluar dari Blora melalui perdagangan gelap. Kolektor banyak datang ke kecamatan Kradenan karena di tempat itu banyak ditemukan benda-benda purbakala. Karena itu, pemkab meminta warga agar bisa menjaga dan mengamankan lokasi penemuan situs atau artefak lainnya. “Karena itu merupakan salah satu potensi kekayaan bagi masyarakat Blora,” ujar Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DKPPO) Blora, Suntoyo.

Menurutnya, masyarakat jangan sampai berbondong-bondong untuk mengadakan penggalian karena banyaknya fosil yang ditemukan di lahan-lahan sekitar sawah atau rumah mereka, Sebab, itu akan merusak lokasi dan situs yang ada. Dia berharap bila warga menemukan sebaiknya jangan mengambil, namun dilaporkan kepada aparat setempat. ”Ada indikasi warga tergiur untuk menggali karena ada yang akan membeli,” tambahnya.

Terkait maraknya pencurian artefak atau fosil-fosil itu, kata dia, pelaku dan pembeli bisa dijerat hukum sesuai dengan UU No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Ancamannya pidana penjara selama 10 tahun dan denda paling tinggi Rp 100 juta.

Berdasarkan UU itu, tandasnya, apabila masyarakat ada yang melanggar akan ditindak dan diproses secara hukum. Termasuk bila melakukan pencarian terhadap benda cagar budaya tanpa izin. ”Jika itu dilakukan, bisa dipenjara lima tahun dan denda paling tinggi Rp 50 juta. Karena itu kami terus sosialisasikan UU itu agar warga mengerti,” tegasnya. (ono)

Sumber: jawapos

Artikel Fossil

FOSSIL

Fossil adalah sisa dari makhluk makhluk yang pernah hidup. Tersebar di setiap benua, fosil-fosil mengajari kita tentang bumi dan fosil menyediakan bukti yang mendukung evolusi kehidupan (????, pent. sengaja gak disensor). Tetapi menemukan fossil tidaklah gampang. Sebagaimana paleontologist (ahli fossil) Robert Bakker menjelaskan, pencarian fossil membutuhkan mata yang terlatih:

Robert Bakker, “Hal yang paling penting dicari ketika anda menggali dinosaurus adalah benda yang ada di sana, pada batas pandangan anda. Jadi, ketika anda menggali dinosaurus, anda mesti memiliki pandangan 360 derajat yang ekologis. Lihatlah segala sesuatu. Berhati-hatilah terhadap segala sesuatu….”

Para paleontolog melakukan perjalanan melalui padang pasir, tundra yang membeku, samudera, dan gua-gua bawah tanah untuk menyingkap sisa-sisa spesies yang purba dan punah.

Pekerjaan tersebut bisa berresiko, sebelum menemukan fossil hanyalah permulaan. Begitu fossil ditemukan, paleontologist harus mengangkatnya dari tanah secara hati-hati. Proses penggalian ini bisa berhari-hari.

Paleontolog 1,”Jadi di sini lubang hidung yang lain, di sini.”Paleontolog 2,”Ya.”
Paleontolog 1,”Ini, aku menggali bagian hidung.”

Mereka harus berhati-hati agar tidak merusak fossil apapun yang ada. Ketika diangkat dari tanah, fossil dibungkus dalam aluminium foil dan dilapisi kain goni untuk menjaga keamanannya selama perjalanan. Di laboratorium, bungkus dibuka dan fossil harus mendapatkan pembersihan.

Fossil yang asli terlalu berat dan mudah pecah untuk ditampilkan, sehingga para ilmuwan membuat tiruannya. Mereka melapiskan cairan karet pada bagian luar fossil untuk membuat cetakan. Cetakan yang telah mengeras diangkat dan diisi dengan resin untuk membuat tiruan fossil asli. Pada tahap ini, paleontologist juga membuat model-model dari bagian-bagian yang hilang.

Sebagaimana Dr. Paul Sereno menjelaskan, para paleontologist membuat hampir semua apa yang mereka telah gali. Dr. Paul Sereno, “Kami telah cukup berharap kami memiliki lebih, kami telah cukup berkata kami dapat mengambilnya dan membuat kerangka
luarnya. Kami memburu tengkoraknya, kami kekurangan tengkoraknya, kami tidak memilikinya, tetapi kami memiliki cukup dari binatang itu, lengan-lengannya, dan cukup tulang punggung untuk mengukur ukurannya secara benar dan untuk mendapatkan gambar seperti apa gesitnya bintang itu dulu.”

Tulang-tulang yang telah direkontruksi sekarang telah siap untuk dirakit bersama. Tulang-tulang itu ditempatkan pada sebuah frame baja yang menopangnya. Bentuk dari yang dihasilkan frame memberikan kerangka yang lengkap dari tampilan gerakannya. Dengan beberapa potong yang hilang dan kadangkala hanya bekerja dengan beberapa fragmen sebuah tulang, kesalahan-kesalahan bukan hal khusus.

Robert Bakker, “Baiklah, ibu saya kadang menggerak-gerakkan sangkar sambil berkata, “Baiklah, Bob, kamu adalah seorang ilmuwan, kamu selalu menghidupkan makhluk-makhluk, kamu dapat satu tulang dan kamu bikin binatang dengan utuh. Kamu dapat kepala yang salah, ekor yang keliru, ekor dengan ujung yang salah, kepala yang salah pada ujung yang salah….’hal itu terjadi dalam beberapa peristiwa. Tetapi hampir selalu ilmuwan lain yang, ahli anatomi , yang menangkap kesalahan dan membetulkannya”

Dalam banyak kasus, para paleontolog kadang memasangnya dengan benar. Dengan banyak keahlian dan sedikit keberuntungan, hasilnya luar biasa………………kebangkitan kembali seekor spesies yang telah punah jutaan tahun yang lalu.

Sumber: masbadar.wordpress.com