Jumat, 29 Mei 2009

Mengolah Fosil Kayu Jadi Karya Seni Bernilai

KABUPATEN OKU Timur kaya akan bebatuan fosil. Fosil-fosil ini banyak terdapat di daerah aliran Sungai Komering dan beberapa kawasan hingga perbatasan Provinsi Lampung. Buktinya, batu fosil kayu seberat 6 ton pernah ditemukan warga setempat di daerah aliran Sungai Komering.

Kejadiannya kira-kira 10 tahun lalu. Batu fosil itu lantas dijual ke luar negeri dengan kurs rupiah masa itu sebesar Rp6.500 per kg. Kini, batu fosil tersebut kabarnya dijadikan salah satu tugu obyek pariwisata di Korea. Mengetahui bebatuan fosil ternyata bernilai jual tinggi, para perajin batu cincin mulai memburu dan mengolah fosil-fosil kayu. Hasil kerajinan tangan (handicraft) tersebut mereka jual untuk nafkah keluarga sehari-hari. Fosil-fosil yang diolah biasanya berusia 9–25 juta tahun.

Untuk mempersatukan para perajin fosil tersebut, lahirlah Unit Bina Industri Batu Mulia (Unibam) Sri Permata. Kini, Unibam beranggotakan 123 perajin batu mulia dan fosil yang tersebar di Sumsel, Bengkulu,dan Lampung.

“Pada awalnya, mayoritas perajinadalahtukangbatucincin. Namun, seiring perkembangan unit usaha,kini perajin berkonsentrasi pada bebatuan fosil yang bernilai ekonomi tinggi,” kata Pimpinan Unibam OKUT H Eddy Riswanto yang ditemui SINDO di tempat workshop-nya, Jalan Lintas Kota Baru, Martapura.

Fosil atau yang dikenal warga setempat sebagai batu sungkai adalah bahan galian tak terbarukan yang bernilai sejarah dalam pembentukan permukaan bumi. Proses terjadinya pembatuan disebabkan cairan panas magma dari perut bumi mengubah struktur molekul kayu menjadi bebatuan fosil yang bertekstur sama.

“Kami tidak sembarangan menerima batu fosil ini. Sebab jika umur batunya masih muda, tidak akan memiliki nilai seni atau nilai jual,” kata Eddy yang menimba ilmu pertambangan dari Institute of Gemological Sciences, Bangkok,Thailand.

Unibam, kata dia, belum lama ini berhasil menjual dan mengekspor batu fosil yang telah diolah ke Amerika Serikat dalam kurs rupiah sebesar Rp211 juta.

Salah seorang pengumpul batu fosil dari Way Kanan, Lampung, Sulaiman, 43, mengaku telah menggeluti usaha pembelian bebatuan jenis fosil ini dari warga selama dua tahun terakhir, dengan harga Rp1.000 per kg. Setelah itu, dia menjual kembali ke pihak Unibam sebesar Rp2.000 per kg. Dia pernah mendapatkan batu fosil seberat 720 kg dari warga setempat.

Penemuan Fosil Badak Berbulu di Costwold Water Park

http://www.berani.co.id/Artikel/fawbert.jpg

Penemuan Fosil Badak Berbulu
Gloucestershire – Inggris - 7-Nov-2008

Sebuah fosil badak purba ditemukan tidak sengaja oleh Emelia Fawbert (5 tahun). Ia menemukan fosil itu di Costwold Water Park di dekat Cirencester, Gloucestershire. Saat itu, ia tengah mengikuti perburuan fosil bersama keluarganya. Lalu, ia menggali fosil itu dengan bantuan ayahnya. Emelia berencana untuk menyerahkan fosil berbentuk tulang sepanjang 40,64 sentimeter itu ke museum.

DailyMail melaporkan, Rabu (5/11), diperkirakan, fosil itu berasal dari masa 50.000 tahun lalu. Masa itu diketahui masih termasuk Zaman Es. Jadi, hewan vertebrata (hewan bertulang belakang) pada masa itu, termasuk badak, memiliki bulu yang tebal. Bulu itu berfungsi untuk menjaga tubuhnya agar tetap hangat.

Penemuan Fosil Jejak Kaki Manusia Tertua 1,5 Juta Tahun

http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/_45516169_bennett1hr.jpg?w=226&h=282


Para peneliti asal Inggris menemukan sebuah jejak kaki manusia purba yang diperkirakan berusia 1,5 juta tahun yang lalu. Tim peneliti yang dipimpin seorang ahli geologi Bournemouth University, Inggirs, Matthew Bennett itu menemukan jejak kaki tersebut di Ileret, sebuah wilayah utara Kenya.

BBC, Jumat (27/2/2009) melansir penemuan bekas tapak kaki itu memang bukanlah yang tertua di dunia. Sebelumnya, juga pernah ditemukan bekas tapak kaki yang diperkirakan berasal dari 3,7 tahun di Laetoli, Tanzania pada 1978. Dua jejak kaki kali ini ditemukan pada kedalaman 5 meter di dalam tanah.

Menurut Bennet, jejak kaki tersebut merupakan jejak kaki manusia purba Homo Erectus, karena memiliki ukuran yang tak jauh berbeda dengan ukuran kaki masyarakat modern. Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Science itu memperlihatkan ukuran tapak kaki seukuran sepatu nomor ‘9′.

“Kami telah mendiagnosa jika cara berjalannya tak jauh berbeda dengan orang modern,” katanya.

Namun, perbedaan terlihat dari jari-jari kaki manusia purba yang lebih besar ketimbang jari kaki masyarakat modern. Menurut Bennet hal itu disebabkan karena adaptasi masyarakat purba terhadap kontur wilayahnya

Sumber: tidakmenarik.wordpress.com

Penemuan 160 Fosil Dinosaurus di Jepang

http://www.dinosaur.pref.fukui.jp/en/dic/Fukuiraptor.jpg

Ahli fosil Jepang telah menemukan 160 fosil tulang dinosaurus di Prefektur Fukui yang diperkirakan berasal dari periode awal Cretaceous.

Penemuan ini diperkirakan sebagai penemuan fosil utuh terbesar di Jepang.

Fosil tulang, yang diperkirakan berusia 120 juta tahun ini, diyakini sebagai tulang Dromaesaurus muda, dinosaurus pemakan daging, sepanjang 1,7 meter.

Menurut situs berita Mainichi Kamis (19/3), Museum Dinosaurus Prefektur Fukui (Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan) menjelaskan fosil yang ditemukan yakni tulang otak dan 90 persen tulang kaki sebelah kanan.

Juru bicara Museum menjelaskan penemuan ini diyakini memberikan petunjuk penting mengenai kehidupan dinosaurus pada masa itu.

Rencananya, fosil hasil penemuan ini akan ditampilkan di Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan mulai 20 Maret sampai 5 April.

Situs web
Fukui Ken-ritsu Kyōryū Hakubutsukan
http://www.dinosaur.pref.fukui.jp/en/

Penemuan Fosil Gajah Purba

Fosil gajah jaman pra sejarah kembali ditemukan. Kali ini di Dusun Sunggun Desa Medalem, Kecamatan Kradenan. Penemuan kali ini, bukan hanya satu bagian saja namun ada beberapa bagian tubuh gajah seperti kepala, tulang kaki dan beberapa fosil lain yang masih diteliti. “Gajah ini kemungkinan hidup sekitar dua juta tahun yang lalu, masuk dalam spesies Elephant Hisudin yang saat ini mirip dengan gajah sumatra,” kata Sinung Baskoro, Kepala Seksi Dokumentasi Koleksi Musium Geologi Bandung Pusat Survei Geologi Badan Geologi Departemen ESDM yang langsung melihat dari dekat proses pengalian fosil tersebut, kemarin.

Penemuan itu, kali pertama oloeh warga setempat pada Jumat (3/4) sore lalu. Namun, baru dilaporkan ke Dinas Pariwisata Kebudataan Pemuda dan Olahraga Sabtu lalu. Dan, baru kemarin didatangi sambil menunggu petugas dari arkeologi. Penemuan itu sebenarnya bukan hal yang baru, sebab, di sekitar lokasi beberapa bulan lalu juga ditemukan fosil gading gajah namun dalam keadaan yang sudah retak-retak. ”Namun penemuan kali ini adalah yang terbesar sebab tiga tulang masih dalam keadaan utuh begitu pula dengan kepala gajah,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Blora Pudiyatmo didampingi salah satu stafnya, Suntoyo..

Sebelumnya, tim arkeologi dari Bandung tersebut telah melakukan obeservasi dan pengalian yang dimulai pada tahun 2008. Karena dalam wilayah peta arkeologi wilayah Kecamatan Kradenan yang berada di daerah aliran sungai bengawan solo merupakan daerah yang kaya potensi arkeologi dan geologi masa lampau. Sinung Baskoro mengatakan, penemuan fosil gajah ini berbeda dengan yang ditemukan beberapa bulan lalu.

Fosil yang ditemukan itu, kata dia, akan dibawa dan disimpan pada museum Geologi Bandung. Juga akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang asal-asul gajah tersebut. Dalam penggalian kemarin, fosil yang sudah nampak dibersihkan kemudian diberi gips agar tidak mudah retak. Sementara, pengalian terus dilakukan karena diperkiran ada beberapa bagian lain yang dapat ditemukan namun perlu pengalian yang lebih dalam. Penggalian dilakukan dengan sangat hati-hati.

Selain fosil gajah, di lokasi itu juga ditemukan fosil-fosil lain, namun yang paling menarik adalah fosil daun yang menempel pada batu ataupun lapisan tanah. Sinung berharap agar ke depan kalau warga menemukan fosil-fosil seharusnya langsung melaporkan kepada pemerintah.

Untuk lokasi penemuan, lanjutnya, harus diamankan terlebih dulu agar lokasi tidak rusak.

Sebab dengan melihat langsung di lokasi penemuan akan banyak diceritakan tentang asal-asul yang tidak hanya terkait fosil itu namun dapat membuka sejarah kehidupan masa lalu secara jelas. “Kalau ada warga yang menemukan tidak usah langsung diambil cukup dilaporkan saja kepada pemerintah, biar para ahli yang akan mengambil dan melakukan penelitian, karena banyak hal yang akan diungkap,” tandasnya. (ono)

Sumber: jawapos

Surga Fosil di Blora Selatan Dijaga Ketat

http://rioardi.files.wordpress.com/2009/04/surga-fosil.jpg?w=300&h=201

Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mewaspadai penggalian lahan secara massal untuk menemukan fosil-fosil di kawasan Blora Selatan, terutama di Kecamatan Kradenan. Pemerintah juga bekerja sama dengan Kepolisian Sektor Kradenan untuk mengamankan lokasi dari jaringan pemburu fosil dan benda-benda bersejarah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan hal tersebut di Blora, Senin (6/4). Pernyataan itu terkait temuan fosil gajah purba jenis Elephas dan daun purba di Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, akhir Februari, serta temuan gading gajah purba pada awal Januari lalu.

Suntoyo mengatakan, pemerintah melarang masyarakat mencari fosil tanpa izin. Jika ini dilanggar, pencari melanggar Pasal 12 dan 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

“Ia (pelaku) akan terkena sanksi pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp 50 juta,” katanya.

Camat Kradenan Iwan Setiyarso mengaku kesulitan mengawasi perdagangan fosil dan benda-benda bersejarah berbasis masyarakat. Pasalnya, masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomis dibandingkan dengan nilai historis benda-benda tersebut.

Harus dilindungi

Secara terpisah, Kepala Seksi Dokumentasi Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral SR Sinung Baskoro mengatakan, kawasan Blora Selatan harus dilindungi. Temuan-temuan fosil yang terjadi belakangan ini menunjukkan kawasan itu sebagai tempat hidup binatang-binatang purba.

“Teori tentang Blora sebagai kawasan endapan fosil yang terbawa dari hulu terpatahkan. Kini teori yang beredar, kawasan itu mempunyai sejarah kehidupan binatang purba di sekitar Bengawan Solo purba,” katanya.


Sumber: kompas

Surga Fosil di Blora Selatan Dijaga Ketat

http://rioardi.files.wordpress.com/2009/04/surga-fosil.jpg?w=300&h=201

Pemerintah Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mewaspadai penggalian lahan secara massal untuk menemukan fosil-fosil di kawasan Blora Selatan, terutama di Kecamatan Kradenan. Pemerintah juga bekerja sama dengan Kepolisian Sektor Kradenan untuk mengamankan lokasi dari jaringan pemburu fosil dan benda-benda bersejarah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan hal tersebut di Blora, Senin (6/4). Pernyataan itu terkait temuan fosil gajah purba jenis Elephas dan daun purba di Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, akhir Februari, serta temuan gading gajah purba pada awal Januari lalu.

Suntoyo mengatakan, pemerintah melarang masyarakat mencari fosil tanpa izin. Jika ini dilanggar, pencari melanggar Pasal 12 dan 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

“Ia (pelaku) akan terkena sanksi pidana penjara maksimal lima tahun atau denda maksimal Rp 50 juta,” katanya.

Camat Kradenan Iwan Setiyarso mengaku kesulitan mengawasi perdagangan fosil dan benda-benda bersejarah berbasis masyarakat. Pasalnya, masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomis dibandingkan dengan nilai historis benda-benda tersebut.

Harus dilindungi

Secara terpisah, Kepala Seksi Dokumentasi Museum Geologi Bandung, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral SR Sinung Baskoro mengatakan, kawasan Blora Selatan harus dilindungi. Temuan-temuan fosil yang terjadi belakangan ini menunjukkan kawasan itu sebagai tempat hidup binatang-binatang purba.

“Teori tentang Blora sebagai kawasan endapan fosil yang terbawa dari hulu terpatahkan. Kini teori yang beredar, kawasan itu mempunyai sejarah kehidupan binatang purba di sekitar Bengawan Solo purba,” katanya.


Sumber: kompas